Jumiyati
10102241010
Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan
Abstrak : Persoalan
perempuan di rasa tak habis-habisnya di perbincangkan. Kaum perempuan sering di identikkan sebagai kelompok yang
lemah lembut di mana perannya hanya pada wilayah domestik saja , tidak asing
kita mendengar ungkapan bahwa pekerjaan wanita yatiu di dapur, sumur dan kasur.
Paradigma yang melekat pada perempuan ini dapat tidak terealisasikan dan Potensi-potensi
dari perempuan hanya terbuang sia-sia.. Oleh karena itu sangat di
perlukan adanya pergeseran paradigma berfikir bahwa sekarang ini perempuan
mempunyai kesetaraan dengan laki-laki. Dalam hal menjadi seorang pemimpinpun
wanita juga di rasa mampu asal mempunyai kompetensi yang di perlukan. Kepemimpinan
di zaman modern ini di rasa lebih
bersifat melembaga sehingga kemampuan individu bukanlah segalanya. Upaya pemberdayaan
perempuan dalam persoalan kesetaraan perlu di dukung oleh seluruh lapisan
masyarakat dan pemberdayaan perempuan perlu di lakukan secara nyata bukan hanya
slogan semata.
Kata kunci
: Pemimpin, Kesetaraan gender, Perempuan
Pendahuluan
Dalam kehidupan masyarakat kita dapat diamati
bahwa perempuan lebih dilibatkan sebagai konsumen pembangunan dan tidak
dilibatkan dalam proses pembangunan itu sendiri akibatnya perempuan hanya pasif
menghadapi proses pembangunan tersebut. Pada kebudayaan kita terutama
masyarakat tradisional sering
menempatkan perempuan sebagai makhluk sekunder karena fungsi reproduksi yang di
sangga seluruhnya oleh perempuan sehingga berkurangnya kesempatan untuk
berperan aktif dalam kegiatan publik. Dalam seluruh kegiatan publik lebih di
dominasi oleh kaum laki-laki sedangkan perempuan sering di identikkan dengan
kegiatan domestik saja seperti mengurus rumah,mengurus anak dll sehingga
potensi-potensi yang di miliki hanya terbuang sia-sia. Adler ( john L. Collard 2001:343
) pada buku yang berjudul
leadership and gender berpendapat
bahwa:
“ It
has frequently been claimed that men are directive and bureaucratic leaders and
women more collaborative and relational ”
Ungkapan tersebut dapat di
artikan bahwa sudah sering mengklaim laki-laki
merupakan pemimpin yang birokrasi sedangkan perempuan pemimpin yang lebih
kolaboratif dan relasional. Memasuki jaman modern sekarang
ini yaitu era tanpa otot di rasakan di butuhkannya sosok kepemimpinan yang lebih lunak. Perempuan dirasa lebih mempunyai
Karakteristik feminim yaitu di definisikan sebagai sifat anti kekerasan,
menyayangi, mampu menjadi pendengar yang baik, perhatian, peka dalam menaggapi masalah, kreatif dsb.
Pemimpin perempuan sekarang sudah di akui
kesetaraanya dengan laki-laki diberikan kesempatan yang sama dan tidak ada
penolakan terhadap sesuatu misal saja jabatan hanya karena alasan seorang perempuan.
Kenyataan ini memungkinkan perempuan menawarkan suasana lain yaitu suasana yang
lebih manusiawi dalam kepemimpinan.
Kajian
Teoritik
a. Pengertian Pemimpin, Kepemimpinan dan Gender
Menurut kartini kartono, Pemimpin adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. Sedangkan
pengertian kepemimpinan menurut Thoha,
kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu ( lewat anonim, 2009 : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html
)
Ketika kita membicarakan tentang kepemimpinan seorang
perempuan mau tak mau kita tidak dapat terlepas dari sub-bab tentang gender. Menurut
oakley ( Riant Nugroho, 2008: 3 ) menuturkan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku
antara laki-laki dan perempuan yang di kostruksi secara sosial yakni perbedaan
yang bukan ketentuan Tuhan melainkan di ciptakan oleh manusia melalui proses
sosial dan kultural yang panjang. perubahan ciri dan sifat-sifat tersebut dapat
terjadi dari tempat ke tempat lain dan sering pula gender pada suatu masyarakat
di dasarkan pada konstruksisosial, kultural ataupun agama.
b. Kesetaraan Gender Sebagai Salah Satu Upaya Pemberdayaan Perempuan
Dalam buku gender dan
strategi pengarus-utamanya di indonesia karangan Riant Nugroho (
2008 : 29 ) di tuliskan bahwa kesetaraan gender dapat diartikan adanya
kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan
keamanan nasional ( hankamnas ) serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan.
Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender di tandai
dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki sehingga dengan
demikian antara perempuan dan laki-laki memiliki akses , kesempatan
berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat setara dan
adil dari pembangunan.
Gerakan perempuan ( Riant Nugroho : 2008 )
hakekatnya adalah gerakan transformasi dan bukanlah gerakan untuk balas dendam
kepada kaum lelaki . Dengan demikian dapat di katakan gerakan transformasi
perempuan adalah suatu proses gerakan untuk menciptakan hubungan antara sesama
manusia ( laki-laki dan perempuan ) agar lebih baik dan baru. Hubungan ini
meliputi hubungan ekonomi, politik, kultural, ideologi , lingkungan dan
termasuk di dalamnya hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Fenomena bias gender yang
terjadi dalam masyarakat sekarang ini menjadi motivasi dan stimulus utama untuk berkembangnya
faham feminisme di dunia masyarakat modern. feminisme tumbuh sebagai suatu
gerakan sekaligus pendekatan yang berusaha merombak struktur yang ada karena di
anggap telah mengakibatkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Beberpa agenda
yang perlu diperhatikan yaitu melakukan redefinisi pembangunan yang melibatkan
kepentingan dan kebutuhan perempuan sebagai bagian yang tidak dapat di lepaskan dari kegiatan
pembangunan masyarakat. Hal itu di harapkan sebagi upaya untuk dapat
mempengaruhi kebijakan pemerintah ( pusat maupun daerah ) yang tertuang dalam
peraturan perundang-undangan yang ada agar semuanya menjadi renponsif dan peka
terhadap gender. Bagaimanapun kita yakin bahwa gerakan perempuan yang
muncul dalam berbagai wadah organisasi mempunyai peran strategis dan fungsional
dalam upaya pemberdayaan perempuan , khususnya dalam
menyiapkan kaum perempuan untuk terlibat aktif di dalam pembangunan.
Sementara
itu untuk keluar
dari adanya ketimpangan gender yang ada di masyarakat yang di butuhkan adalah
pemikiran kritis yang memungkinkan masyarakat membangun sesuatu serta keluar
dari sangkar hegemoni tersebut yang di ciptakan selama ini . Tindakan yang
konkrit untuk menggugat kamapaman yang telah ada ini memerlukan dukungan yang
kuat dari pemerintah dan masyarakat , khususnya kaum perempuan.
Penyadaraan merupakan satu
langkah awal untuk upaya mengubah hegemoni budaya yang ada. Adanya upaya –upaya
yang yang mengancam peran dan kedudukannya dalam masyarakat terlebih dahulu
harus di sadari oleh kaum perempuan.
Beberapa program yang dapat di lakukan untuk pemberdayaan perempuan menurut Riant Nugrogo (2008: 165 ) antara
lain :
1.
Penguatan
organisasi kelompok perempuan di segala tingkat. Seperti kita kenal adanya pkk,
koperasi , yayasan sosial dll. Penguatan kelembagaan di tujukan untuk
meningkatkan kemampuan lembaga, agar dapat berperan aktif sebagai perencana,
pelaksana maupun pengontrol.
2.
Peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan. Hal ini penting mengingat selama ini program
yang ada kurang di sosialisasikan dan kurang melibatkan peran masyarakat.
3.
Pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan monitoring semua program-program pembangunan yang ada.
4.
Peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan agar
dapat mempunyai posisi tawar yang setara serta memiliki akses dan peluang untuk
terlibat dalam pembangunan.
5.
peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan
dalam bidang usaha dengan berbagai ketrampilan yang menunjang .
c. Profesionalisme dan Kompetensi Perempuan sebagai pemimpin
Bila seorang wanita ingin
menjadi pemimpin yang sukses, sebaiknya ia berkonsentrasi
untuk mengakui sisi kompetensi-kompetensi unggul tersebut. Paling tidak, ia
harus memiliki pengetahuan yang memadai, mampu memperlihatkan keahlian yang
timbul dari pengalamannya, serta memiliki talenta yang mendukung pencapaiannya.
Dalam ( anonim. 2009. http://www.aviationcare.com/articles/non-aviation/118-menciptakan-peluang-wanita-untuk-mengembangkan-keunggulan-sebagai-pemimpin-.html
)
ü Identifikasi talenta.
Jika wanita tersebut memiliki talenta maximizer, strategic, communication,
developer, dan achiever maka ia dapat meyakini diri termasuk wanita yang
mempunyai potensi untuk berhasil sebagai pemimpin.
ü Usahakan untuk mengetahui
profil kompetensi manajerial di dalam perusahaan yang berkaitan dengan
kompetensi keinginan berprestasi, katalisator perubahan, fleksibilitas,
mengembangkan orang lain dan komunikasi.
ü Identifikasi tuntutan di
setiap perilaku dan menjadikannya sasaran pengembangan dalam waktu tertentu.
Tiga kompetensi dalam waktu 6 bulan merupakan sasaran yang luar biasa.
ü Perjuangkan setiap
kesempatan untuk mempraktikkan kompetensi tersebut baik dalam lingkup pekerjaan
sendiri maupun di luar itu seperti kepanitiaan dan kerja sosial. Jangan lupa
untuk meminta umpan balik dari orang lain yang terlibat dalam penugasan itu
Untuk suatu zaman di mana
rasionalitas dan profesionalisme individu semakin di hargai , perbedaan antara
laki-laki dan perempuan tidak lagi relevan kecuali kalau berimplikasi pada
profesi ,contohnya adalah dalam cabang-cabang olahraga di mana perempuan tidak
seimbang di hadapkan dengan laki-laki. akhirnya perbedaan berdasarkan
profesionalisme ini akan mampu membawa dampak positif bagi masyarakat pada
umumnya , karena mendorong orang untuk memperbaiki kemampuan mereka ( Fauzi
Ridjal, 1993: 56 ).
Profesionalisme di dalam
pemberdayaan perempuan merupakan hal yang sangat di butuhkan contoh pendidikan
yang di berikan pada perempuan di harapkan dapat memberikan kekuatan yang dapat
mengubah perimbangan hubungan yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan
sehingga perempuan di hormati bukan karena keperempuananya saja tetapi juga
karena kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Nahiyah Jaidi Faras ( 1995: 80 ) dalm bukunya yang berjudul kepemimpinan wanita pemimpin dalam
oragnisasi wanita di sebutkan bahwa keberhasilan dan kegagalan wanita
pemimpin dalam meniti karir tidak semata-mata di pengaruhi oleh faktor budaya. Banyak
faktor yang biasanya bersumber pada dirinya sendiri misal faktor motivasi , ini
sering menjadi modal utama kenerhasilan wanita pemimpi. Namun memiliki motivasi
yang tinggi tanpa memiliki kemampuan manajerial sepertoi merencanakan, mengorganisir, mengkoordonor mensikronkan ,
mengambil keputusan sulit bagi wanita pemimpin untuk berhasil dalam
kepemimpinannya. Wanita pemimpin yang di kuasai selalu oleh motif berprestasi
dalam melaksanakan tugasnya akan berusaha meraih keberhasilan dalambersaing
dengan beberapa standar keunggulan . Standar keunggulan tugas wanita pemimpin
adalah berusaha memperoleh balikan terhadap pelaksanaan tugasnya demi perbaikan
di masa mendatang.
Kedua yaitu faktor pendidikan, factor ini sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang pemimpin dalam kepemimpinanya. Pendidikan
seseorang tidak hanya berpengaruh pada kemampuan dalam berpikir tetapi juga
berpengaruh dalam berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang , semakin mudah ia mengaktualisasikan
gagasan-gagasannya dalam konsep. saat ini tinggi rendahnya pendidikan seseorang
seringkali di gunakan sebagi indikator kualitas tenaga kerja Effendi ( Nahiyah Jaidi Faras: 1995 ).
Ketiga yaitu
konsep pengalaman dalam berorganisasi merupakan variabel independen yang cukup
berpengaruh juga dalam
kepemimpinan wanita pemimpin. Seseorang wanita pemimpin di tuntut tidak hanya
berpendidikan tinggi atau pengetahuan yang luas tetapi juga ketrampilan dalam mengaktualisasikan
pengetahuan tersebut dalamperilaku. Untuk itu wanita pemimpin juga di harapkan
memiliki pengalaman berorganisasi. Pengalaman merupakan pelajaran untuk
melakukan perubahan ke arah kematangan tingkah laku, pertambahan pengertian dan
pengayaan informasi Surakhmad (
Nahiyah Jaidi Faras: 1995
).
Penutup
- Kesimpulan
Kompleknya
permasalahan yang di hadapi perempuan saat ini membutuhkan strategi mendasar
yang mampu mengubah pandangan masyarakat terhadap
mereka. gerakan pemberdayaan perempuan adalah salah satunya denagn pemberdayaan
perempuan di harapkan mampu meningkatkan kualitas perempuan itu sendiri
sehingga perempuan tidak lagi di anggap sebagai maklhluk skunder setelah laki-laki.
Salah satunya yaitu wanita menjadi seorang pemimpin dalam memimpin wanita
memerlukan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi di samping itu dia juga
harus mempunya kecapakan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
2. Saran
- Meningkatkan kemampuan perempuan untuk
melibatkan diri dalam pembangunan. misal : Ikut dalam sebuah organisasi.
- Meningkatkan kemampuan perempuan sebagai
pemimpin agar dapat terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan.
- Meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengelola
usaha skala rumah tangga baik indusri kecil maupun besar sehingga dapat
menunjang kesejahteraannya maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan
mandiri.
Dartar Pustaka
Anonim.
2009 . Menciptakan peluang
wanita untuk mengembangkan keunggulan sebagai pemimpin ( online) tersedia : http://www.aviationcare.com/articles/non-aviation/118-menciptakan-peluang-wanita-untuk-mengembangkan-keunggulan-sebagai-pemimpin-.html . Di akses ( Rabu, 18 Mei 2011 ) .
Anonim. 2009. Pengertian pemimpin (onleni) tersedia : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html . Di akses ( Rabu, 18 mei 2011).
Collard,
John. 2001 “ Leadership and gender “ Jurnal of Eduacional management and
administration Vol. 29.
Faras,
Nahiyah Jaidi. 1995 “ Kepemimpinan wanita pemipmpin dalam organisasi wanita “
Jurnal kependidikan, edisi Khusus.
Nugroho, riant. 2008 . Gender dan strategi pengarus-utamaannya di
indonesia. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Ridjal,
fauzi. 1993. Dinamika perempuan di
indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara wacana yogya.
0 komentar:
Posting Komentar