Welcome My Pena

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

It' mii

Foto saya
aku bukanlah orang yang sempurna, tapi aku ingin melihat hidup ini dengan sempurna..

Senin, 28 Mei 2012

PEREMPUANPUN MAMPU MENJADI SEORANG PEMIMPIN

                                                                  Jumiyati

10102241010
Pendidikan Luar Sekolah
Fakultas Ilmu Pendidikan

Abstrak : Persoalan perempuan di rasa tak habis-habisnya di perbincangkan. Kaum perempuan  sering di identikkan sebagai kelompok yang lemah lembut di mana perannya hanya pada wilayah domestik saja , tidak asing kita mendengar ungkapan bahwa pekerjaan wanita yatiu di dapur, sumur dan kasur. Paradigma yang melekat pada perempuan ini dapat tidak terealisasikan dan Potensi-potensi dari perempuan hanya terbuang sia-sia.. Oleh karena itu sangat di perlukan adanya pergeseran paradigma berfikir bahwa sekarang ini perempuan mempunyai kesetaraan dengan laki-laki. Dalam hal menjadi seorang pemimpinpun wanita juga di rasa mampu asal mempunyai kompetensi yang di perlukan. Kepemimpinan di zaman modern ini  di rasa lebih bersifat melembaga sehingga kemampuan individu bukanlah segalanya. Upaya pemberdayaan perempuan dalam persoalan kesetaraan perlu di dukung oleh seluruh lapisan masyarakat dan pemberdayaan perempuan perlu di lakukan secara nyata bukan hanya slogan semata.

Kata kunci : Pemimpin, Kesetaraan gender, Perempuan

Pendahuluan
Dalam kehidupan masyarakat kita dapat diamati bahwa perempuan lebih dilibatkan sebagai konsumen pembangunan dan tidak dilibatkan dalam proses pembangunan itu sendiri akibatnya perempuan hanya pasif menghadapi proses pembangunan tersebut. Pada kebudayaan kita terutama masyarakat  tradisional sering menempatkan perempuan sebagai makhluk sekunder karena fungsi reproduksi yang di sangga seluruhnya oleh perempuan sehingga berkurangnya kesempatan untuk berperan aktif dalam kegiatan publik. Dalam seluruh kegiatan publik lebih di dominasi oleh kaum laki-laki sedangkan perempuan sering di identikkan dengan kegiatan domestik saja seperti mengurus rumah,mengurus anak dll sehingga potensi-potensi yang di miliki hanya terbuang sia-sia. Adler ( john L. Collard 2001:343 ) pada buku yang berjudul leadership  and gender berpendapat bahwa:
It has frequently been claimed that men are directive and bureaucratic leaders and women more collaborative and relational
Ungkapan tersebut dapat di artikan bahwa sudah sering mengklaim  laki-laki  merupakan pemimpin yang birokrasi sedangkan perempuan pemimpin yang lebih kolaboratif dan relasional. Memasuki jaman modern sekarang  ini yaitu era tanpa otot di rasakan di butuhkannya sosok kepemimpinan yang lebih lunak. Perempuan dirasa lebih mempunyai Karakteristik feminim yaitu di definisikan sebagai sifat anti kekerasan, menyayangi, mampu menjadi pendengar yang baik, perhatian, peka  dalam menaggapi masalah, kreatif dsb.
Pemimpin perempuan sekarang sudah di akui kesetaraanya dengan laki-laki diberikan kesempatan yang sama dan tidak ada penolakan terhadap sesuatu misal saja jabatan hanya karena alasan seorang perempuan. Kenyataan ini memungkinkan perempuan menawarkan suasana lain yaitu suasana yang lebih manusiawi dalam kepemimpinan.
Kajian Teoritik
a.    Pengertian Pemimpin, Kepemimpinan dan  Gender
Menurut kartini kartono, Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut Thoha, kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar  mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu ( lewat anonim, 2009 : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html )
Ketika kita membicarakan tentang kepemimpinan seorang perempuan mau tak mau kita tidak dapat terlepas dari sub-bab tentang gender. Menurut oakley ( Riant Nugroho, 2008: 3 ) menuturkan bahwa gender merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang di kostruksi secara sosial yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan melainkan di ciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. perubahan ciri dan sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari tempat ke tempat lain dan sering pula gender pada suatu masyarakat di dasarkan pada konstruksisosial, kultural ataupun agama.
b.   Kesetaraan Gender Sebagai Salah Satu Upaya Pemberdayaan Perempuan
Dalam buku gender dan strategi pengarus-utamanya di indonesia karangan Riant Nugroho ( 2008 : 29 )  di tuliskan bahwa kesetaraan gender dapat diartikan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki maupun perempuan dalam memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional ( hankamnas ) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan.
Terwujudnya  kesetaraan dan keadilan gender di tandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki sehingga dengan demikian antara perempuan dan laki-laki memiliki akses , kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat setara dan adil dari pembangunan.
Gerakan perempuan ( Riant Nugroho : 2008 ) hakekatnya adalah gerakan transformasi dan bukanlah gerakan untuk balas dendam kepada kaum lelaki . Dengan demikian dapat di katakan gerakan transformasi perempuan adalah suatu proses gerakan untuk menciptakan hubungan antara sesama manusia ( laki-laki dan perempuan ) agar lebih baik dan baru. Hubungan ini meliputi hubungan ekonomi, politik, kultural, ideologi , lingkungan dan termasuk di dalamnya hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Fenomena bias gender yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini menjadi motivasi dan stimulus utama untuk berkembangnya faham feminisme di dunia masyarakat modern. feminisme tumbuh sebagai suatu gerakan sekaligus pendekatan yang berusaha merombak struktur yang ada karena di anggap telah mengakibatkan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Beberpa agenda yang perlu diperhatikan yaitu melakukan redefinisi pembangunan yang melibatkan kepentingan dan kebutuhan perempuan sebagai bagian yang tidak dapat di lepaskan dari kegiatan pembangunan masyarakat. Hal itu di harapkan sebagi upaya untuk dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah ( pusat maupun daerah ) yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yang ada agar semuanya menjadi renponsif dan peka terhadap gender. Bagaimanapun kita yakin bahwa gerakan perempuan yang muncul dalam berbagai wadah organisasi mempunyai peran strategis dan fungsional dalam upaya pemberdayaan perempuan , khususnya dalam menyiapkan kaum perempuan untuk terlibat aktif di dalam pembangunan.
Sementara itu untuk  keluar dari adanya ketimpangan gender yang ada di masyarakat yang di butuhkan adalah pemikiran kritis yang memungkinkan masyarakat membangun sesuatu serta keluar dari sangkar hegemoni tersebut yang di ciptakan selama ini . Tindakan yang konkrit untuk menggugat kamapaman yang telah ada ini memerlukan dukungan yang kuat dari pemerintah dan masyarakat , khususnya kaum perempuan.
Penyadaraan merupakan satu langkah awal untuk upaya mengubah hegemoni budaya yang ada. Adanya upaya –upaya yang yang mengancam peran dan kedudukannya dalam masyarakat terlebih dahulu harus di sadari oleh kaum perempuan.
Beberapa program yang dapat di lakukan untuk  pemberdayaan perempuan menurut Riant Nugrogo (2008: 165 ) antara lain :
1.       Penguatan organisasi kelompok perempuan di segala tingkat. Seperti kita kenal adanya pkk, koperasi , yayasan sosial dll. Penguatan kelembagaan di tujukan untuk meningkatkan kemampuan lembaga, agar dapat berperan aktif sebagai perencana, pelaksana maupun pengontrol.
2.      Peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan. Hal ini penting mengingat selama ini program yang ada kurang di sosialisasikan dan kurang melibatkan peran masyarakat.
3.      Pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring semua program-program pembangunan yang ada.
4.      Peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan agar dapat mempunyai posisi tawar yang setara serta memiliki akses dan peluang untuk terlibat dalam pembangunan.
5.      peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang usaha dengan berbagai ketrampilan yang menunjang .
c.  Profesionalisme dan Kompetensi Perempuan sebagai pemimpin
Bila seorang wanita ingin menjadi pemimpin yang sukses, sebaiknya ia berkonsentrasi untuk mengakui sisi kompetensi-kompetensi unggul tersebut. Paling tidak, ia harus memiliki pengetahuan yang memadai, mampu memperlihatkan keahlian yang timbul dari pengalamannya, serta memiliki talenta yang mendukung pencapaiannya. Dalam ( anonim. 2009. http://www.aviationcare.com/articles/non-aviation/118-menciptakan-peluang-wanita-untuk-mengembangkan-keunggulan-sebagai-pemimpin-.html )
ü  Identifikasi talenta. Jika wanita tersebut memiliki talenta maximizer, strategic, communication, developer, dan achiever maka ia dapat meyakini diri termasuk wanita yang mempunyai potensi untuk berhasil sebagai pemimpin.
ü  Usahakan untuk mengetahui profil kompetensi manajerial di dalam perusahaan yang berkaitan dengan kompetensi keinginan berprestasi, katalisator perubahan, fleksibilitas, mengembangkan orang lain dan komunikasi.
ü  Identifikasi tuntutan di setiap perilaku dan menjadikannya sasaran pengembangan dalam waktu tertentu. Tiga kompetensi dalam waktu 6 bulan merupakan sasaran yang luar biasa.
ü  Perjuangkan setiap kesempatan untuk mempraktikkan kompetensi tersebut baik dalam lingkup pekerjaan sendiri maupun di luar itu seperti kepanitiaan dan kerja sosial. Jangan lupa untuk meminta umpan balik dari orang lain yang terlibat dalam penugasan itu
Untuk suatu zaman di mana rasionalitas dan profesionalisme individu semakin di hargai , perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak lagi relevan kecuali kalau berimplikasi pada profesi ,contohnya adalah dalam cabang-cabang olahraga di mana perempuan tidak seimbang di hadapkan dengan laki-laki. akhirnya perbedaan berdasarkan profesionalisme ini akan mampu membawa dampak positif bagi masyarakat pada umumnya , karena mendorong orang untuk memperbaiki kemampuan mereka ( Fauzi Ridjal, 1993: 56 ).
Profesionalisme di dalam pemberdayaan perempuan merupakan hal yang sangat di butuhkan contoh pendidikan yang di berikan pada perempuan di harapkan dapat memberikan kekuatan yang dapat mengubah perimbangan hubungan yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan sehingga perempuan di hormati bukan karena keperempuananya saja tetapi juga karena kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Nahiyah Jaidi Faras ( 1995: 80 ) dalm bukunya yang berjudul kepemimpinan wanita pemimpin dalam oragnisasi wanita di sebutkan bahwa keberhasilan dan kegagalan wanita pemimpin dalam meniti karir tidak semata-mata di pengaruhi oleh faktor budaya. Banyak faktor yang biasanya bersumber pada dirinya sendiri misal faktor motivasi , ini sering menjadi modal utama kenerhasilan wanita pemimpi. Namun memiliki motivasi yang tinggi tanpa memiliki kemampuan manajerial sepertoi merencanakan, mengorganisir, mengkoordonor mensikronkan , mengambil keputusan sulit bagi wanita pemimpin untuk berhasil dalam kepemimpinannya. Wanita pemimpin yang di kuasai selalu oleh motif berprestasi dalam melaksanakan tugasnya akan berusaha meraih keberhasilan dalambersaing dengan beberapa standar keunggulan . Standar keunggulan tugas wanita pemimpin adalah berusaha memperoleh balikan terhadap pelaksanaan tugasnya demi perbaikan di masa mendatang.
Kedua yaitu faktor pendidikan, factor ini sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang pemimpin dalam kepemimpinanya. Pendidikan seseorang tidak hanya berpengaruh pada kemampuan dalam berpikir tetapi juga berpengaruh dalam berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang , semakin mudah ia mengaktualisasikan gagasan-gagasannya dalam konsep. saat ini tinggi rendahnya pendidikan seseorang seringkali di gunakan sebagi indikator kualitas tenaga kerja  Effendi ( Nahiyah Jaidi Faras: 1995 ).
Ketiga yaitu konsep pengalaman dalam berorganisasi merupakan variabel independen yang cukup berpengaruh juga dalam kepemimpinan wanita pemimpin. Seseorang wanita pemimpin di tuntut tidak hanya berpendidikan tinggi atau pengetahuan yang luas tetapi juga ketrampilan dalam mengaktualisasikan pengetahuan tersebut dalamperilaku. Untuk itu wanita pemimpin juga di harapkan memiliki pengalaman berorganisasi. Pengalaman merupakan pelajaran untuk melakukan perubahan ke arah kematangan tingkah laku, pertambahan pengertian dan pengayaan informasi Surakhmad ( Nahiyah Jaidi Faras: 1995 ).
Penutup
  1. Kesimpulan
                Kompleknya permasalahan yang di hadapi perempuan saat ini membutuhkan strategi mendasar yang mampu mengubah pandangan masyarakat terhadap mereka. gerakan pemberdayaan perempuan adalah salah satunya denagn pemberdayaan perempuan di harapkan mampu meningkatkan kualitas perempuan itu sendiri sehingga perempuan tidak lagi di anggap sebagai maklhluk skunder setelah laki-laki. Salah satunya yaitu wanita menjadi seorang pemimpin dalam memimpin wanita memerlukan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi di samping itu dia juga harus mempunya kecapakan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
     2.    Saran
- Meningkatkan kemampuan perempuan untuk melibatkan diri dalam pembangunan. misal : Ikut dalam sebuah organisasi.
- Meningkatkan kemampuan perempuan sebagai pemimpin  agar dapat terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi kegiatan.
- Meningkatkan kemampuan perempuan dalam mengelola usaha skala rumah tangga baik indusri kecil maupun besar sehingga dapat menunjang kesejahteraannya maupun untuk membuka peluang kerja produktif dan mandiri.





Dartar Pustaka
Anonim. 2009 . Menciptakan peluang wanita untuk mengembangkan keunggulan sebagai pemimpin ( online) tersedia : http://www.aviationcare.com/articles/non-aviation/118-menciptakan-peluang-wanita-untuk-mengembangkan-keunggulan-sebagai-pemimpin-.html . Di akses ( Rabu, 18 Mei 2011 ) .
Anonim. 2009. Pengertian pemimpin (onleni) tersedia : http://referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/03/pengertian-pemimpin.html . Di akses ( Rabu, 18 mei 2011).
Collard, John. 2001 “ Leadership and gender “ Jurnal of Eduacional management and administration Vol. 29.
Faras, Nahiyah Jaidi. 1995 “ Kepemimpinan wanita pemipmpin dalam organisasi wanita “ Jurnal kependidikan, edisi Khusus.
Nugroho, riant. 2008 . Gender dan strategi pengarus-utamaannya di indonesia. Yogyakarta : pustaka pelajar.
Ridjal, fauzi. 1993. Dinamika perempuan di indonesia. Yogyakarta : PT. Tiara wacana yogya.
























0 komentar:

Posting Komentar