Belajar terbaik bagi orang dewasa adalah belajar melalui pengalaman (experiencing). Belajar melalui pengalaman berarti belajar berhadapan langsung dengan masalah praktis, masalah sosial yang nyata, dan berupaya untuk menyelesaikannya. Cara belajar berdasarkan pengalaman akan memberikan makna bagi peserta. Tentu saja pembelajar harus berperan aktif dalam situasi pembelajaran yang disiapkan oleh pengelola atau Widyaiswara yang bertindak sebagai fasilitator. Pembelajar didorong untuk berprakarsa, mengajukan usul, menemukan cara terbaik untuk mempelajari sesuatu bahan.
Orang dewasa telah memiliki sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan tertentu. Pada diri orang dewasa seringkali timbul keinginan untuk menambah pengetahuan untuk meningkatkan kinerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Orang dewasa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka menyadari akan adanya kebutuhan yang dirasakan (felt needs), untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
A. Pengertian Belajar
Menurut Gagne (Ratna, 2011 ) belajar dapat di definisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Definisi belajar menurut Wittig (1981) belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri organisme yang di sebabkan oleh pengalaman.
Dari segi psikologis orang dewasa, pengertian belajar adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri. Maka orang dewasa tidak diajar. Orang dewasa dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih mutakhir, ketrampilan baru, sikap yang lain yang berbeda dengan sebelumnya.
- Orang dewasa belajar kalau ditemukannya arti pribadi bagi dirinya dan melihat sesuatu mempunyai hubungan dengan kebutuhannya.
- Belajar bagi orang dewasa kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan. Sebab belajar adalah perubahan perilaku, sedang perubahan seringkali berarti meninggalkan kebiasaan, norma, dan cara berpikir lama yang sudah melekat.
- Belajar bagi orang dewasa adalah hasil dari mengalami sesuatu. Sedikit sekali hasil diperoleh apabila orang tua diceramahi, dikotbahi, digurui untuk melakukan hal tertentu atau bersikap secara tertentu. Ia harus mengalaminya untuk dapat dan mau terus melakukannya. Orang tak bisa disuruh bertanggung jawab tanpa diberikan tanggung jawab untuk dialaminya.
- Bagi orang dewasa proses belajar adalah khas dan bersifat individual. Setiap orang mempunyai cara dan kecepatan sendiri untuk belajar dan menyelesaikan masalah. Dengan kesempatan mengamati cara-cara yang dipakai orang lain, ia dapat memperbaiki dan menyempurnakan caranya sendiri, agar menjadi lebih efektif.
Orang dewasa cenderung mempelajari hal-hal praktis dan tidak semata-mata yang teoritis. Orang dewasa akan belajar efektif apabila pada saat mempelajari sesuatu langsung sambil mempraktikannya (learning by doing). Seperti apa yang dikatakan ahli pendidikan orang dewasa dari negeri China, Kong Fu Chu, yang pada intinya mengatakan bahwa efektivitas belajar tinggi apabila subjek langsung mengerjakannya dan mengalaminya (experiential learning). ”Saya kerjakan dan saya mengerti”. Dalam pendidikan orang dewasa pengajar dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah mereka kuasai, pengalaman yang telah dimilki, sikap yang sudah tertanam, kemampuan yang tersedia dan kerangka pikir yang telah dimiliki dalam bekerja.
B. Pengertian pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang telah dialami (Chaplin, 1968). Dalam hidupnya orang dewasa mempunyai banyak pengalaman yang beraneka ragam. Pada masa kanak-kanak pengalaman merupakan hal yang baru sehingga dalam proses belajar orang dewasa pengalaman dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya.
Terdapat dua cara dalam memperoleh pengalaman :
1. Dengan cara tidak sengaja. Memperoleh pengalaman dengan cara tidak sengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang dengan tidak sengaja itu dimasukkan dalam ingatannya. Hal ini jelas terlihat pada anak-anak, contohnya gelas kalau jatuh dapat pecah, kayu itu keras kalau dipukulkan ke tubuh bisa menimbulkan rasa sakit. Pengalaman-pengalaman ini disimpannya dalam ingatan sebagai pengertian-pengertian.
- Dengan cara sengaja. Seseorang memperoleh pengalaman dengan sengaja yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuannya dalam psikisnya. Dalam bidang ilmu pada umumnya orang akan memperoleh pengetahuan dengan sengaja. Dengan demikian orang dengan sengaja mempelajari hal-hal atau keadaan-keadaan yang kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Tahapan siklus belajar berdasarkan pengalaman adalah sebagai berikut :
· Tahap Mengalami (Pengalaman)
Pengalaman merupakan inti proses belajar. Ini merupakan langkah awal dari proses refleksi. Hal ini mencakup segala sesuatu yang telah kita alami yang mencakup keberadaan kita, kegiatan-kegiatan kita, perasaan-perasaan kita, pengamatan kita dan apa saja yang kita dengar. Pendekatan Daur Belajar Berdasarkan Pengalaman didasarkan pada pengalaman yang dibagikan yang merupakan pengalaman riil, konkrit dan sejauh mungkin mempunyai dampak yang berarti. Secara umum masing-masing tahapan tersebut di atas mengandung beberapa unsur penting dan mempunyai ciri-ciri pokok tertentu, yang mempunyai implikasi peran dan fungsi yang berbeda dari setiap tahapan bagi seorang fasilitator (Pemandu) atau bagi seorang pelatih (trainer) di dalam memproses kegiatan belajar.
· Tahap Berbagi Pengalaman / Tahap Pengungkapan
Merupakan tahap kedua dalam proses belajar atau proses pelatihan. Kita memaparkan atau menyampaikan berbagai pengalaman kita. Apa yang terjadi; Apa yang saya katakan, saya rasakan; Apa yang dirasakan dan dikatakan oleh orang lain; Bagaimana pengalaman itu mempunyai arti. Kita ingin berbagai pengalaman, perasaan dan nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai isu dan konteks dimana isu dan konteks tersebut mempunyai hubungan dan arti dalam kehidupan kita.
· Tahap Menganalisis
Tahap ini merupakan suatu proses pemahaman. Ini merupakan suatu proses untuk mencoba memahami berbagai ungkapan pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar atau proses pelatihan secara kritis. Dalam tahap ini banyak hal yang perlu diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan peranan dan pengaruh dari berbagai faktor dan berbagai pihak. Misalkan; Siapa yang mempunyai kewenangan dalam situasi seperti ini?; Suara siapa yang lebih didengarkan dan diperhatikan?; Siapa yang mengambil keputusan?; Siapa yang terkena imbas dan terkena dampak atas keputusan tersebut ? dan lain sebagainya.
· Tahap Menyimpulkan & Merencanakan
Ini merupakan tahap yang kritis dalam proses belajar dan proses pelatihan. Berbagai ungkapan pengalaman dan analisis yang terjadi, perlu ditarik suatu “generalisasi” dan “menyimpulkannya” sebagai bahan untuk menyusun perencanaan. Dalam proses belajar berdasarkan pengalaman, belajar atau pelatihan tanpa kegiatan tindak lanjut atau perencanaan, akan mengarah kepada hal-hal yang kurang tepat, apati dan ketidak berdayaan; lebih tepat lagi yaitu apa yang dapat kita lakukan sebagai perencana untuk membuat suatu perubahan yang diperlulkan sehingga pengalaman yang kurang baik tidak terjadi lagi, sebagaimana pepatah mengatakan “Keledai tidak akan terantuk pada batu yang sama”.
· Tahap Menerapkan / Penerapan
Merupakan tahap dimana kita melakukan dan melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan termasuk di dalamnya uji coba, penelitian, implementasi dan pengambilan resiko, tetapi dapat juga merupakan kegiatan menunggu, mendengarkan dan mengamati. Sebab melaksanakan suatu kegiatan tersebut akan menjadi pengalaman nyata yang kita perlukan untuk kita pikirkan lebih jauh tentang apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk menetapkan tujuan dalam pembelajaran atau pelatihan.
C. Contoh pembelajaran berdasarkan pengalaman
Ø Belajar kontekstual
Belajar kontekstual adalah mempelajari sesuatu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Untuk itu kita perlu menyiapkan konteks tempat belajar. Hendaknya konteks tersebut positif, mendukung dan mengundang minat. Bobby de Porter (1999) mengatakan konteks adalah latar untuk pengalaman Anda. Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat didalam diri orang dewasa itu sendiri. Setumpukan pengalaman masa lampau telah tersimpan dalam dirinya, perlu digali dan ditata kembali degan cara yang lebih berarti.
Belajar adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus. Manusia mempunyai perasaan dan pikiran. Hasil belajar maksimal dicapai apabila orang dapat memperluas perasaan maupun pikirannya.
Belajar adalah hasil kerjasama antara manusia. Dua atau lebih banyak manusia yang saling memberi dan menerima akan belajar banyak, karena pertukaran pengalaman, pertukaran pengetahuan, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.
Belajar adalah suatu proses evolusi. Kemampuan orang dewasa untuk mengerti, menerima, mempercayai, menilai, mendukung, memerlukan suatu proses yang berkembang secara perlahan. Tidak dapat dipaksakan sekaligus. Perubahan perilaku tidak dapat terjadi dalam seketika, melainkan terjadi secara perlahan-lahan.
Di dalam Depdiknas (2003) disebutkan bahwa ada tujuh prinsip pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
1. Kontsruktivisme (Constructivism)
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar/tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pengalaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.
2. Penemuan (Inquiry)
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam praktik, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, menganalisis, dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara bersama-sama dengan temannya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Bertanya (Questioning)
Pertanyaan merupakan komponen penting dalam pembelajaran kontekstual. Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri yang mendidik siswa untuk menjadi individu yang egoistis.
5. Pemodelan (Modeling)
Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, secara tidak langsung siswa pun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru tersebut. Kondisi semacam ini akan banyak memberika manfaat bagi guru untuk mengarahkan siswa melakukan sesuatu yang diinginkannya melalui pendemonstrasian cara yang diinginkan tersebut.
6. Refleksi (Reflection)
Salah satu pembeda pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional adalah cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman mereka.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assestment)
Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan keterampilan serta sikap siswa. Penilaian ini juga tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya. Instruksi dan pertanyaan-pertanyaannya disusun yang kontekstual dan relevan.
Ø Pembelajaran berdasarkan masalah
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses atau upaya untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar-benar nyata sebagai masalah dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui. Jadi, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) lebih memfokuskan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa.
Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk memantau guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa tetapi dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa konsep merupakan hal yang sangat penting. Penumpukan konsep pada subjek didik dapat kurang bermanfaat apabila hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru kepada subjek didik melalui satu arah seperti menuangair ke dalam sebuah gelas. Yang terpenting disini adalah bagaimna konsep tersebut dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah.
Penyelidikan autentik (penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata). Usaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan pengalaman konkret, dan pengalaman tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang serupa.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:
· Realistik dengan kehidupan siswa
· Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
· Memupuk sifat inquiry siswa
· Retensi konsep menjadi kuat
· Memupuk kemampuan problem solving
Selain itu, kekurangannya adalah:
· Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks
· Sulitnya mencari problem yang relevan
· Sering terjadi miss-konsepsi
· Memerlukan waktu yang cukup panjang
DAFTAR PUSTAKA
Dahar, ratna wilis. 2011. Teori Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Tristianti, Hesti. 2011. Belajar Melaui Pengalaman ( on line) Tersedia :
Di akses Tanggal 13 November 2011 Jam 10: 01
Sudrajat, akhmad. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ( on line ) Tersedia :
Di akses Tanggal 13 November 2011 Jam 09: 53
Wordpress.2010. Siklus Belajar Berdasarkan Pengalaman ( on line ) Tersedia :
http://sybcommunity.wordpress.com/2010/04/07/siklus-belajar-berdasarkan-pengalaman/ Di akses Tanggal 13 November 2011 Jam 11:00
Widyastuti. 2010. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Kontekstual ( on line ) Tersedia :
Di akses Tanggal 13 November 2011 Jam 10: 39
0 komentar:
Posting Komentar