Welcome My Pena

Daftar Blog Saya

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

It' mii

Foto saya
aku bukanlah orang yang sempurna, tapi aku ingin melihat hidup ini dengan sempurna..

Belajar Berbasis Pengalaman

Pengalaman merupakan guru paling berharga dalam hidup. Belajar melalui pengalaman merupakan metode belajar yang baik dalam pendidikan orang dewasa karena berhadapan langsung dengan masalah- masalah praktis dalam kehidupan sehari- hari.

Solusi untuk Pengajaran Billingual

pembelajaran pada sekolah RSBI di tuntut memakai bahasa inggris. hal tersebut tentu menimbulkan beberapa problema. seperti contoh mata pelajaran yang menggunakan bahasa lokal saja sulit di mengerti apalagi menggunakan bahasa inggris.

Yogyakarta Sebagai Wilayah Pertama NKRI

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah pertama di Negara Kesatuan Republik Indonesia pascaproklamasi kemerdekaan pada 1945. Setelah Sri Sultan HB IX dan Sri Paku Alam VIII melalui maklumat 5 September 1945 menyatakan bergabung dengan NKRI

7 Kunci Membangun Kerja Tim yang Solid

Bekerja dengan rekan satu tim tidak selalu menyenangkan. Secocok apa pun Anda dengan teman-teman, selalu ada masa ketika pendapat setiap orang bisa berbeda. Ada juga kalanya salah seorang dari rekan Anda sedang mengalami masalah, sehingga kinerjanya menurun sehingga untuk mencegah hal tersebut terjadi harus di pahami bagaimana cara membangun kerja tim yang solid.

Musik Bisa Meningkatkan Mood.... Lhoooo

Para ahli mengatakan bahwa beberapa jenis nada, melodi, dan ritme mempengaruhi otak dengan cara yang berbeda dan dapat mempengaruhi mood, level stress, dan bahkan sistem imunitas tubuh.

NDOLALAK

Pada jaman Hindia Belanda Purworejo terkenal sebagai daerah / tempat melatih serdadu / tentara. Ketika mereka hidup di tangsi tersebut, maka untuk membuang kebosanan mereka menari dan menyanyi saat malam hari, ada pula yang melakukan pencak silat dan dansa. Tarian- tarian tersebut awalnya tidak menggunakan instrumen namun pada perkembangannya tarian itu di iringi dengan lagu- lagu tangsi yang terasa dominan dengan notasi do-la-la.

Rabu, 06 Juni 2012

MEMILIH PEMBELAJARAN YANG TEPAT SESUAI MINAT DAN BAKAT ANAK

                                                                                      Oleh
Jumiyati
10102241010
PENDAHULUAN
Selama lima belas tahun terakhir , penelitian oleh psikolog Howard Gardner dan rekan-rekannya di Hardvard university telah menunjukkan bahwa setiap anak mempunyai banyak cara berbeda untuk menjadi pandai. Kalaupun ada yang tampak tak menonjol, itu karena beberapa anak menunjukkan bakatnya lebih lambat dibanding anak lain. Karenanya, banyak hasil-hasil riset kecerdasan anak menyarankan para orangtua untuk memberi banyak pengalaman dan stimulasi kepada anak. Stimulasi dan sensasi pengalaman yang intens itu berguna untuk segera membangkitkan kecerdasan anak.
Beberapa orang mungkin menganggap mereka “berbakat” dan berada jauh di luar jangkauan anak sekolah pada umumnya. Tapi di sini mereka akan membuat kesalahan yang sama seperti yang di buat oleh mereka yang melabel anak-anak sebagai  “ pelajar yang tidak mampu” . Karena hanya dengan memberikan label berbakat kepada beberapa individu terpilih, kita menutup pintu bagi jutaan lebih anak yang memiliki kekayaan batin yang tidak terdeteksi seolah semua individu bisa di niai dengan menggunakan satu takaran yaitu takaran  seberapa pandai atau bodohnya mereka.  Semua anak berbakat. Setiap anak merupakan manusia yang unik  dan orang yang istimewa.
Situasi ini akan berakhir ketika orang tua dan pendidik memutuskan untuk menyingkirkan  semua label ini dan memulai tugas memahami serta mengembangkan keunikan setiap anak supaya mereka bisa mulai belajar dengan cara mereka sendiri.

PAMBAHASAN  
  1. Teori Kecerdasan Majemuk
Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardener seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan. Menurut Gardner kecerdasan yaitu kemampuan untuk menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. Menurutnya, mengamati cara seorang montir menyelesaikan masalah busi atau cara seorang akuntan menyelesaikan sebuah dilema finansial memberikan contoh yang lebih baik mengenai cara kerja kecerdasan daripada hasil tes apa pun.
Teori kecerdasan majemuk adalah teori yang membantu pendidik mengidentifikasi dan berempati pada minat dan kemampuan setiap siswa. Ia bukanlah sarana untuk mempersempit pendidikan, melainkan metode memperbersar, memperluas dan memperbanyak serta memperkaya ranah-ranah pengetahuan yang terdapat di sekolah. Meskipun teori ini belum di terima secara universal , tetapi merupakan wahana yang baik untuk mengembangkan arena pendidikan sementara kita semua mencari jawaban yang lebih sempurna dan tepat ( J. jasmine 2001: 249) .
Gardner akhirnya menyusun daftar tujuh kecerdasan dasar sebagai berikut :
1.      Kecerdasan Linguistik ( Cerdas Kata)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif. Di dalam kemampuan linguistik terdapat cakupan yang luas termasuk mengeja, kosakata, dan tata bahasa, juga berkaitan dengan kemampuan berbicara (Thomas armstrong, 2000). Seperti halnya dengan kecerdasan logika, menyebut ketrampilan linguistik suatu “kecerdasan” konsisten dengan pendirian psikologi tradisional.
Bakat linguistik bersifat universal dan perkembanganya pada anak-anak amat mengherankan tidak berbeda pada budaya yang berbeda.Bahkan dalam populasi orang tuli dengan bahasa tanda manual tidak di ajarkan secara nyata, anak-anak sering “ menemukan” bahasa manual mereka sendiri dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi. Jadi kami melihat melihat bagaimana kecerdasan dapat beroperasi secara tidak tergantung pada input indera spesifik atau saluran outpu.
Gardner ( J. jasmine, 2001)  menyebut penyair sebagai contoh pemilik jenis kecerdasan ini walaupun hal ini juga dapat di temukan pada diri penggemar teka-teki silang dan juga pada orang yang berada di masing-masing pihak dalam suatu perdebatan politik yang sengit dan pada orang yang gemar menciptakan permaianan kata atau senag menceritakan lelucon yang lazimnya merupakan permaianan kata.
2.      Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan ini melibatkan ketrampilan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika atau akal sehat. Dua fakta penting mengenai kecerdasan logika-matematika yaitu Pertama, dalam diri orang berbakat, proses dari penyelesaian masalah sering berlangsung amat cepat- Ilmuwan yang sukses memikirkan banyak variable sekaligus dan membuat sejumlah hipotesis yang masing-masing di evaluasi dan kemudian di terima atau di tolak secara bergantian.Kecerdasan logis matematis sering di pandang dan di hargai lebih tinggi dari jenis kecerdasan lainnya, khususnya dalam masyarakat teknologi modern saat ini.
Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data. Mereka suka memecahkan peoblem matematis dan memainkan permainan strategi seperti catur, menghitung saldo buku cek, serta dalam menyampaikan informasi kepada orang lain mereka cenderung mengunakan grafik.
3.      Kecerdasan Kinestetik-Jasmani ( cerdas gerakan badan)
Perhatian pada pengetahuan gerakan badan sebagai “ penyelesaian masalah” mungkin kurang intuitif. Pasti pelaksanaan  urutan atau meniru atau memukul bola tenis bukan menyelesaikan persamaan matematiaka.Dan memang, kemampuaan menggunakan badan seseorang untuk menyatakan emosi ( seperti dansa) , untuk melakukan permaianan ( seperti dalam olahraga), atau untuk menciptakan produk baru ( seperti dalam mewujudkan penemuan ) merupakan bukti dari sifat yang di perlukan untuk mnyelesaikan masalah gerakan-gerakan tertentu di rinkas oleh tim gallewey.
4.      Kecerdasan Musikal
Secara singkat , bukti mendukung interpretasi kemampuan musik sebagai “ kecerdasan” berasal dari berbagai sumber berbeda. Walaupun ketrampilan musik pada umumnya tidak  dianggap ketrampilan intelektual seperti matematika. Menurut definisi ketrampilan pantas di perhatikan dan dalam pandangan mengenai data, penyertaannya secara empiris dapat di benarkan. Orang yang mempunyai kecerdasaan jenis ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivas lain serta mempunyai kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati musik.
5.      Kecerdasan Spasial
Kecerdasan spasial kadang-kadang di sebut kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki kecerdasaan jenis ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cendrung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model slaid. Mereka sangat bagus dalam hal membaca peta dan diagram dan begitu meninkmati upaya memecahkan jejaring yang ruwet serta menyusun atau memasang jigsaw puzzle.
6.      Kecerdasan inter-pribadi
Kecerdasan antar pribadi di bangun antara lain atas kemampuan untuk mengenali perbedaan, secara khusus, perbedaan besar dalam suasana hati, tempramen, motivasi dan kehendak. Dalam bentuk yang lebih maju kecerdasan ini memungkinkan orang dewasa yang ketrampilan membaca kehendak dan keinginan orang lain bahkan ketika keinginan itu di sembunyikan. Ketrampilan ini muncul dalam bentuk yang amat canggih dalam diri pemimpin keagamaan atau politik, guru, ahli terapi dan orang tua.
Orang yang memilki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerjasama juga kerap merasa senang bertindak sebagai penengah atau mediator dalam perselisihan dan pertikaian.
7.      Kecerdasan Intra-pribadi
Kecerdasan intra pribadi yaitu adanya pengetahuan tentang aspek-aspek internal dari seseorang akses pada perasaan hidup diri sendiri, rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mempengaruhi diskriminasi di antara emosi-emosi ini dan pada akhirnya memberi label pada emosi itu dan menggunakannya sebagai cara untuk memahami dan menjadi pedoman tingkah laku sendiri. Dia mengenali kebutuhan, keinginan, dan kehendak sendiri seerta mencoba sedapat mungkin untuk mencapainya. Mereka pada umummnya mandiri, tak tergantung dengan orang lain dan yakin dengan pendapat diri yang kuat tentang hal-hal yang kontroversiaL.Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar serta senang sekali bekerja berdasarkan program sendiri dan hanya di lakukan sendirian.

  1. Implikasi Pada Pendidikan
Teori kecerdasan majemuk ini tampaknya melindungi sejumlah implikasi pendidikan yang cukup berharga untuk di perhatikan. Dari analisis ini di temukan bahwa penilaian kecerdasan dapat memainkan peran amat penting dalam pengembangan kurikulum.
Petumbuhan alami dari suatu kecerdasan :
1.      Tahap-Tahap Perkembangan
Tahap-tahp alami perkembangan dalam setiap kecerdasan di mulai dengan kemampuan membuat pola dasar , misal untuk membedakan tinggi rendahnya nada dalam kecerdasan musik. Dalam tahap yang mengikuti kecerdasan tersebut di hadapi lewat sistem symbol: bahasa bertemu di hadapi lewat kalimat dan cerita musik lewat lagu dan seterusnya. Ketika kemajuan berkembang masing-masing kecerdasan bersama-sama dengan sistem symbol di wakili dalam sistem penulisan. Matemaatika, pemetaan, penulisan musik dan seterusnya turunan kedua dengan tanda di kertas mewakili symbol
Akhirnya selama akil blig dan dewasa kecerdasan di nyatakan lewat rentang pengejaran profesi dan hobi. Menurut gardner sementara beberapa individu lain berada dalam posisi “ menjanjiakn “ dalam suatu kecerdasan orang lain berada dalam posisi “ berisiko”.
2.      Implikasi Tahap-Tahap Perkembangan Untuk Pendidikan 
Dalam masa prasekolah dan tahun sekolah dasar awal perintah harus menekankan peluang. Selama tahun-tahun ini anak-anak dapat menemukan sesuatu yang menarik dan kemampuan khas bagi mereka sendiri.
3.      Kebutuhan Besar Penilaian
Penilaian kekurangan dapat memperkirakan kesulitan yang akan di hadapi oleh orang yang belajar, selain itu dapat juga di berikan saran rute alternative pada sasaran pendidkan. Cara menilai yang baik seharusnya mencari ketrampilan menyelesaikan masalah atau penciptaan produk yang sebenarnya dalam diri seseorang menggunakan aneka material. Sehingga anak-anak dapat menutupi kelemahan kecerdasan mereka sendiri atau menggabungkan kekuatan kecerdasan mereka yang akan memuaskan profesi dan hobi.
4.      Menghadapi Kemajemukan Kecerdasan
Demikian terdapat alasan penting untuk mempertimbangkna kecerdasan majemuk dan implikasinya bagi pendidikan.pertama jelas terdapat banyak kecerdasan  sehingga terkadang terabaiakan  sehingga menjadi peluanag untuk membimbing individual yang mempunyani kumpulan kemampuan yang tepat untuk aneka pekerjaan ini. Akhirnya kita dapat menyelesaikan berbagai masalah yang ada dengan memanfaatkan sebaik mungkin kecerdasan yang kita miliki.

  1. Bahan-Bahan Pembelajaran Untuk Delapan Jenis Kecerdasan
Daftar berikut mencantumkan serangkaian alat belajar, mainan, permaianan, proyek ,proses dan bahan-bahan lain yang dapat membantu meningkatkan masing-masing kecerdasan.
-          LINGUISTIK
Bahan-bahan untuk membuat tulisan, tape recorder, buku harian atau catatan harian, buku, talking books ( kaset dan buku ) mesin tik, pengolah kata, bentuk-bentuk alphabet, perangko, perangkat kaligrafi, kunjungan ke perpustakaan, teka-teki silang, anagram, Scrabble, teka-teki mencari sebuah kata, petunjuk bahasa isyarat, balok-balok huruf dll.
-          LOGIS_MATEMATIS
Permainan kocok otak ( brain Teasers ), kalkulator, permainan  matematika, sains( missal kimia, listrik, dan sebagainya, permainan logika ( misalnya mancala), permainan uang ( misal monopoli), permainan kartu remi, permainan menyortir dan mengklasifikasikan, jam, uang mainan, dll.
_ SPASIAL
Puzzle, globe, peta, video game, perangkat lego, peralatan menggambar, melukis dn mewarnai, papan tulis dan kapur tulis warna-warni, payet arau glitter dan lem, buku-buku tentang bagaimana menggambar, mal untuk menggambar berbagai bentuk, kaleidoskop, gambar-gambar, kamera, kamera video( untuk membuat film), alat-alat optis, koleksi ( misalnya perangko, kartu basket NBA), kacamata untuk melihat dalam gelap, perlengkapan kolase( misalnya ( gambar, kertas, guntung,lem)
-          MUSIKAL
Rekaman musik ( CD, Kaset ), alat musik perkusi ( misalnya drum, tambobourin,maracas, bel), peralatan karaoke, kotak suara ( awadah yang mengeluarkan bunyiu-bunyi), radio alat band atau orchestra, permaianan menyanyii, piano, keybord elektronik, permainan memori musik, gitar, alat musik dari perabotan rumah tangga dll.
-          KINESTETIK-JASMANi
Peralatan petukangan, peralatan olahraga, peralatan merakit, peralatan senam, sepeda, hulahop,, dll.
-          ANTAR_PRIBADI
Kegiatan belajar bersama, peralatan pesta, truk atau mobi-mobilan untuk bermain bersama, tempat kumpul-kumpul ( missal Rumah pohon pondok golf, benteng) dll.
-          INTRA PRIBADI
Hobi yang di mainkan sendirian, proyek mandiri, bisnis anak-anak, membuat buku harian, permainan indi vidual yang kecepatannya di tentukan sendiri, tempat-tempat rahasia, buku-buku tentang diri dll.

  1. Pendekatan Pembelajaran Dalam Pembelajaran Multiple Intelligences
Tujuan sekolah seharusnya mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spektrum kecerdasan mereka masing-masing.
Desain dari sekolah ideal menurut gardner di dasarkan pada dua asumsi. Pertama adalah bahwa tidak semua orang mempunyai minat dan kemampuan yang sama, tidak semua dari kita belajar dengan cara yang sama. Asumsi kedua adalah sesuatu yang menyakitkan itu adalah asumsi bahwa sekarang tidak seorang yang dapat belajar segala sesuatu yan ingin di pelajari.
Hal yang paling penting adalah kita mengenali dan memelihara semua kecerdasan manusia yang bervariasi dan semua kombinasi kecerdasan. Jika kita menyadari hal ini, paling tidak kita mempunyai peluang lebih baik menghadapi banyak masalah yang kita hadapi di dunia. Bila kita dapat memobilisasi spektrum kemampuan manusia, orang yang tidak hanya merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri dan lebih kompeten bahkan di mungkinkan bahwa kita juga akan merasa lebih terlibat dan lebih mampu bergabung dengan masyarakat dunia yang lain untuk bekerja demi kebaikan bersama.
Dalam (Ali shadikin, 2010)  di sebutkan Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Multiple Intelligence adalah adanya tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan, dan kecerdikan seorang guru dalam memerhatikan bakat masing-masing siswa (peserta didik). Di dalam maupun di luar sekolah, setiap siswa harus berhasil menemukan paling tidak satu wilayah kemampuan yang sesuai dengan potensi kecerdasannya. Jika hal itu berhasil ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru, maka akan menimbulkan kegembiraan dalam proses pembelajaran, bahkan akan membangkitkan ketekunan dalam upaya-upaya penguasaan disiplin keilmuan tertentu.
Penerapkan pendekatan Multiple Intelligence dalam pembelajaran, harus memerhatikan beberapa langkah, meliputi:
  1. Mengidentifikasi elemen-elemen Multiple Intelligence dalam program pembelajaran. Misalnya memasukkan program seni ke dalam kurikulum.
  2. Meninjau kembali sistem teknologi dan program piranti lunak untuk melihat kecerdasan-kecerdasan apa yang terabaikan.
  3. Para guru merenungkan kemampuan peserta didik, kemudian memutuskan untuk secara sukarela bekerjasama dengan rekan-rekan yang lain.
  4. Proses pembelajaran dengan tanggung jawab tertentu, bisa dipilih sebagai metode pembelajaran.
  5. Diskusi dengan orang tua siswa dan anggota masyarakat sehingga dapat membuka kesempatan-kesempatan magang bagi para siswa.
PENUTUP
Dengan beragamnya kecerdasan manusia, menjadikan peran pendidik dan orang tua amat penting untuk memberikan arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi anak. Selama ini kita selalu memiliki persepsi terhadap anak, bahwa anak itu cerdas, rata-rata, dungu, dan lain-lain. Persepsi inilah yang harus diubah. Sebaiknya para pendidik maupun orang tua memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang dilakukan anak untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kita harus menerima bahwa anak memiliki profil-profil kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Pendidik harus menyediakan kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam kemampuan-kemampuan observasi mereka, mengumpulkan informasi tentang bakat dan kegemaran anak, serta mempelajari kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.
Kurikulum pada dasarnya berfokus pada pengetahuan yang mendalam dan pengembangan kemampuan. Dalam hal ini, pembelajaran tidak harus menekankan pengajaran melaui kecerdasan, tetapi yang harus mendapat penekanan adalah bahwa pembelajaran itu untuk kecerdasan atau penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan minat dan bakat anak. Tingkat profesionalime para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan yang dihadapi terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas, tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, thomas. Setiap Anak Cerdas. Terjemahan oleh Rina Buntaran . 2000 Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Brutu, Ali Sadikin . 2010. Pengertian Multiple Intelligence ( on line). Tersedia:http://kecerdasanmajemuk.blogspot.com/ Di akses Tanggal 13  Juli 2011 Jam 4:25
Gardner, howard. Kecerdasan Majemuk. Terjemahan oleh Alexander Sindoro. 2003. Batam: Interaksara
Jasmine. Julia. 2001. Mengajar berbasis Multiple Intelligences. Terjemahan oleh Purwanto. Bandung : Penerbit Nuansa

Senin, 04 Juni 2012

Plagiarisme

                                                                                   BAB I
PENDAHULUAN

Di era yang serba modern ini, banyak sekali cara yang dapat ditempuh sebagai jalan pintas untuk mempermudah suatu pekerjaan. Salah satunya yaitu dengan plagiat. Kasus plagiarisme di Indonesia sudah sering kita dengar tidak hanya dilakukan mahasiswa. Tak dapat dipungkiri bahwa plagiarisme telah menjadi budaya bagi kaum pelajar. Mereka cenderung memilih cara-cara instant seperti ini. Fakta mengatakan bahwa banyak dari kaum pelajar yang melakukan plagiat ketika mengerjakan tugas mereka. Tidak hanya dari kaum pelajar, para pengajar dan para aktor di dunia musik juga banyak yang melakukan hal tersebut. Tidak sedikit karya komposer indonesia yang diplagiat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Begitu pun sebaliknya, banyak komposer dalam negeri yang melakukan hal yang sama.
Plagiarisme merupakan pelanggaran terhadap etika yang tidak tertulis. Hukuman bagi mereka yang melakukan plagiarisme memang baru sebatas dicopot dari jabatan dan ditunda kenaikan jabatannya ataupun bagi pelajar tidak di akui ijazahnya. Namun, itu sudah sanksi berat. Tanggung jawab dan kredibilitas lembaga pendidikan dipertaruhkan di sini.
Sebenarnya, menurut Biran, plagiarisme juga ikut dipupuk dan ditumbuh-suburkan di tengah masyarakat. Biran memberi contoh dari kebiasaan membeli kaset bajakan, mengopi buku dan novel, bahkan mencomot tulisan orang begitu saja. Tidak ada yang terlihat mempermasalahkan hal tersebut.
Biran benar, jika menyoal plagiarisme, tentu harus melihat masalah secara keseluruhan. Plagiarisme tak hanya terjadi begitu saja, tetapi ada pemicunya yang dipelihara dan "diwariskan" dari generasi ke generasi. Jadi, urusan plagiarisme bukan hanya tanggung jawab kampus, tetapi generasi.

Sebenarnya cara pandang terhadap kemampuan yang kita miliki dapat diibaratkan sebagai seberkas cahaya putih. Tergantung dari pribadi kita masing-masing. Apakah kita ingin membelokkan berkas cahaya tersebut ke arah kiri dengan mengubah warna dasar putih menjadi kehitam-hitaman yang melambangkan ketidakyakinan seseorang terhadap kemampuan yang ia miliki. Atau sebaliknya, kita membelokkan berkas cahaya tersebut ke arah kanan dengan mengubah warna dasar putih menjadi keemasan yang melambangkan orang yang yakin terhadap kemampuannya sendiri. Inilah yang menjadi latar belakang makalah kami dalam membuat makalah berjudul plagiarisme. 

                                                                             BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Plagiarisme
Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri.Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator
                                       
B.      Manusia Sebagai Makhluk Mimesis
Manusia adalah mahluk yang multidimensi. Salah satu dimensi yang tertanam di dalam kodratnya adalah hasrat untuk meniru, atau mimesis. Mimesis sendiri memiliki beragam arti, seperti imitasi, dan berbagai bentuk tindakan yang meniru suatu obyek tertentu. Dasar filosofis dari mimesi sangatlah dalam. Banyak pemikir sepanjang sejarah mencoba memahami fenomena mimesis ini. Mimesis adalah hasrat yang mendasari tindak plagiarisme.
Sebagaimana dibaca dari Wikipedia, Plato, seorang filsuf yang hidup di masa Yunani Kuno, berpendapat bahwa mimesis adalah hasrat manusia untuk meniru alam. Hasrat mimesis ini kental ditemukan pada diri penyair dan pelukis, karena mereka menjadikan alam sebagai obyek kreativitas mereka. Dengan kata lain para pelukis dan penyair meniru alam, dan mengubahnya menjadi obyek seni untuk diapresiasi. (Plato, The Republic) Apakah para pelukis ini bisa disebut plagiat alam, terutama karena mereka tidak mencantumkan catatan kaki di bawah lukisan mereka?
Tindakan plagiarisme tersebut jelas salah. Mengambil ide atau karya orang tanpa mencantumkan keterangan apapun jelas merupakan pelanggaran. Namun ada sisi lain yang perlu juga dilihat, yakni sisi manusiawi, terutama manusia yang memang sudah dari akarnya adalah mahluk peniru (homo mimesis). Hukuman dan pandangan terhadap para pelaku tindakan plagiarisme juga harus mempertimbangkan faktor manusiawi ini, dan tidak menjadi moralis “malaikat” yang merasa tidak punya dosa, dan berubah menjadi hakim-hakim akademik dalam sekejap mata.
Jelaslah bahwa plagiarisme adalah tindakan yang berakar pada hasrat untuk meniru. Suatu tindakan meniru tidak akan disebut plagiarisme, selama mencantumkan keterangan secukupnya dari sumber yang diacu. Yang diperlukan adalah kejelian dari memberi catatan referensi.
C.      Penggolongan, faktor pendorong dan Solusi Plagiarisme
1.      Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, (Felicia Utorodewo dkk. 2007) menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme :
ü  Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
ü  Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
ü  Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
ü  Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
ü  Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
ü  Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.
ü  menggunakan tulisan orang lain secara mentah, tanpa memberikan tanda jelas (misalnya dengan menggunakan tanda kutip atau blok alinea yang berbeda) bahwa teks tersebut diambil persis dari tulisan lain.
Yang tidak tergolong plagiarisme:
ü  Menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
ü  Menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan memberikan sumber jelas.
ü  Mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian kutipan dan menuliskan sumbernya.

2.      Beberapa-beberapa faktor pendorong plagiarisme
Faktor intern:
1.      Menginginkan jalan pintas untuk menuju tujuannya (menghalalkan segala cara)
2.      Arti “ harga” hanya untuk “status”.
3.      Tidak menghargai potensi diri sendiri dan orang lain.
Faktor extern:
1.      Masyarakat , khususnya akademisi belum terlatih untuk memulis.
2.    Sanksi sosial yang bagi plagiator yang minim dan tidak jelas sehingga sebagian masyarakat menganggap hal ini sebagai pelanggaran kecil.
3.    Pengakuan dan penghargaan tidak mendorong.
4.    Penyalahgunaan teknologi modern.
5.    Ketidaktahuan mengenai apa itu plagiarisme dan bentuk-bentuknya.

3.    Kerugian akibat plagiarisme
Plagiarisme  merugikan semua pihak yaitu:
  • ·         Bagi penulis asli
Menulis suatu tulisan bukan perkara mudah di sini di perlukan pemikiran yang lama dan mendalam.setelah menjadi sebuah tulisan yang melewati proses panjnag tersebut seseorang dengan seeanaknya melakukan penjiplakan tanpa mencantumkan sumber aslinya dan mengakui bahwa tulisan tersebut hasil jerih payah pemikiran sendiri. Jika seperti tu bisa-bisa orang menganggap penulis utamalah yang melakukan penjiplakan jadi di sini sama saja dengan memfitnah penulis aslinya. Ingat bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
  • ·         Kerugian bagi plagiator (orang yang melekukan plagiat)
Kebenaran tulisan yang tidak mencantumkan sumbernya dapat di ragukan kebenarannya. Bisa jadi tulisan yang tidak mencantumkan sumbernya adalah HOAX (berita bohong).
Sebagai contoh: anda membicarakan masalah agama tanpa mencantumkan sumbernya ( kitab suci ) tidak ada seorangpun yang akan mempercayai anda.
Kita akan cenderung malas karena mengandalkan karya orang lain untuk kita jiplak dan akan selelu merasa ragu terhadap kamampuan kita sendiri
Menghambat kretifitas seseorang karena mereka tidak pernah menyalurkan dan mengekpresiakn bakat mereka.
  • ·         Kerugian bagi pembaca
Pembaca bisa jadi akan menganggap bahwa plagiator itulah penulias aslinya. Dengan kata lain dia telah melakukan kebohongan publik. Membohongi para pembaca.
  • ·         Kerugian bagi masyarakat
Masyarakat akan menganggap bahwa pelaku plagiarisme itu hebat. Contoh : ketika di adakan suatu lomba dan ternyata yang menang adalah plagiator tersebut ini berarti plagiator tersebut telah membohongi masyarakat banyak.
·         kerugian bagi instansi
Instansi dapat tercemar nama baiknya dan juga kepercayaan masyarakat terhadap kualitas instansi tersebut bisa saja hilang. Sebagai contoh salah satu mahasiswa atau dosen pada sebuah instansi a melakukan plagiat secara otomatis masyarakat akan melakukan generalisasi terhadap mahasiswa dan dosen yang ada di instansi a bahwa mereka adalah plagiat padahal yang melakukan plagiat hanya seorang saja.        
4.    Solusi
1.       Menumbuhkan intregritas dan kepercayaan diri pada diri mahasiswa sehingga senantiasa bisa menjaga dan membentengi dari perbuatan copypaste tanpa menyebutkan sumber asal.Mungkin di sini di mulai dari pembisaan-pembiasaan kecil. Sebagai contoh ketika mengerjakan ujian di biasakan untuk percaya pada pemikirannya sendiri di karenakan di sini pekerjaan teman belum tentu benar .
2.  Tim penilai harus memperhatiakan mekanisme untuk pengecekan tugas-tugas karya tulis.
3.      Meningkatkan fungsi dan peranan pembimbing penelitian karena bagaimanapun hasil penelitian dari mahasiswa merupakan pertaruhan karir dari si pembimbing.
4.      Menggunakan softwae anti plagiarisme
Salah satunya yaitu TUTRNITIN  Software made in Amerika ini banyak digunakan oleh berbagai kampus terkemuka di duniaHarga software ini memang sangat mahal arga lisensinya mencapai 400 juta rupiah untuk multi-account. Namun ada juga software antiplagiarisme yang gratis, ya namanya adalah VIPER. Viper diklaim memiliki database sebanyak 10 miliar sumber yang siap untuk dicross check dengan artikel anda. Proses penggunaan Viper tergolong sangat sederhana sekali, kita hanya perlu memasukkan artikel kita, kemudian Viper akan mengkoneksikan diri dengan database server, beberapa menit kemudian Viper akan memberikan hasil (dalam persentase) seberapa miripkah artikel kita dengan artikel yang lain berikut dengan link artikel tersebut lengkap dengan menunjukkan kalimat-kalimat yang mempunyai kemiripan dengan artikel milik kita.
D.     Contoh Kasus
Antara News, Jumat, 30 Juli 2010 14:57 WITA
Kasus Plagiat Dosen akan Dibahas Senat UNG
Gorontalo (ANTARA News) - Kasus plagiat proposal pengabdian masyarakat yang melibatkan dua dosen di Universitas Negeri Gorontalo akan dibahas dalam rapat senat perguruan tinggi negeri tersebut, dalam waktu dekat.
”Salah satu pembahasan tentang adanya dosen plagiat (penjiplak) itu di antaranya adalah pemberian sanksi. Ini adalah tugas komisi kode etik senat UNG," kata Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Prof Dr Ir Nelson Pomalingo MPd di Gorontalo, Jumat.
Namun sebelumnya, pihak senat akan memanggil terlebih dahulu Tineke Wolok ST MM dan Radia Hafid SPd MSi, dua dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, yang diduga terlibat kasus plagiat atau penjiplakan itu, untuk dimintai keterangan.
"Nanti kita cek dan uji kembali di mana letak kesalahan mereka, kalau terbukti menjiplak, baru sanksi itu dijatuhkan," kata Nelson Pomalingo.
Nelson, yang tinggal beberapa bulan lagi menjabat Rektor Universitas Negeri Gorontalo, juga mengaku bahwa temuan plagiat yang dilakukan dosennya itu, merupakan "kado buruk" menjelang masa jabatannya."Kasus ini juga mencoreng citra akademik," tegas dia.
Sebelumnya, dua proposal yang diajukan kedua dosen tersebut, ditolak mentah-mentah oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UNG, karena meski berbeda judul, namun redaksionalnya sama persis.
Hal yang membedakan dari dua proposal pengabdian masyarakat yang diajukan dua dosen dari jurusan manajemen pada Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) UNG itu adalah karakter dan ukuran huruf.
Dalam proposalnya, Tinneke mengajukan judul "Pelatihan Pembuatan dan Pemasaran Kerupuk Ikan dan Udang Di Kelurahan Botutonuo, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango".
Sedangkan Radia mengajukan proposal dengan judul "Pelatihan Pembuatan dan Pemasaran Kue Gabin Di Kelurahan Botutonuo, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango". 
BAB III
                                                                                      PENUTUP

Kesimpulan
Sekarang ini plagiarisme sudah tidak asing lagi entah itu di kalangan para mahasiswa ataupun dosen sekalipun. Hali ini di sebabkan oleh banyak faktor termasuk faktor internal maupun ekstenal. Kurangnya pertanggung jawaban penulis terhadap karya tulisnya dan minimnya filter dalam mekanisme pengecekan tugas-tugas karya ilmiah  dapat mempermudah dan memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan kegiatan plagiarisme.
Plagiarisme sangat merugikan semua pihak baik penulis asli maupun plagiator sendiri. Bagi penulis asli bisa saja dia yang di anggap sebagai plagiator dan bagi plagiator sendiri kegiatan ini dapat menghambat kreifitasnya dalam menuangkan pikiran dan ide-idenya. Untuk mengatasi hal ini seharunya para penilai atau penerima tugas-tugas ilmiah harus lebih teliti dalam melakukan pengecekan tugas. Kita juga harus dapat menghargai karya orang lain dan mempunyai pertanggungjawaban jika kita mengutip tulisan dari buku, blogger ataupun tulisan-tulisan di internet haruslah  mencantumkan sumber bacaan yang jelas. 

DAFTAR PUSTAKA

Antara news. 2010. Kasus plagiat dosen akan di bahas senat UNG. (online)
Koran jakarta. 2010. Mencegah plagiarisme. (online)
( di akses Rabu, 23 Maret 2011, 17:00)
Nasrum, arnaldi. 2010. Dampak plagiarisme terhadap paradigma pelajar. (online)
Rosyidi, agam. 2007. Plagiarisme merugikan semua pihak. (online)
( di akses rabu, 23 maret 2011, 17:32)
Wattimena, reza A.A. 2010. Homo mimesis dan plagiarisme. (online)
( di akses rabu, 4 april 2011, 18:57)
Wijaya, eri. 2010. Plagiarisme dan solusi pencegahanya. (online )
pencegahannya/ ( di akses rabu, 23 maret 2011, 16:57)
Wikipedia. 2011. Plagiarisme. (online)
( di akses rabu, 23 maret 2011, 16:56)


Minggu, 03 Juni 2012

Mentawai Budaya Tato Tertua

Pulau Mentawai Budaya Tato Tertua di Dunia, Tato memang tak pernah satu macam. Bagi kalangan pelaku kriminal, tato adalah penanda. Seperti sebagian orang yang lain, mereka memanfaatkan tato untuk menunjukkan identitas kelompok. Ada juga tato yang memiliki sejarah sebagai alat ritual.

Sebutan tato konon diambil dari kata tatau dalam bahasa Tahiti. Kata ini pertama kali tercatat oleh peradaban Barat dalam ekspedisi James Cook pada 1769. Menurut Encyclopaedia Britannica, tato tertua ditemukan pada mumi Mesir dari abad ke-20 SM. Tanda permanen yang dibuat dengan cara memasukkan pewarna ke dalam lapisan kulit itu, ditemui hampir di seluruh belahan dunia.

Dalam catatan Ady Rosa, 48 tahun, dosen Seni Rupa, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, tato Mesir baru ada pada 1300 SM. Menurut magister seni murni, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, orang Mentawai sudah menato badan sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera. Bangsa Proto Melayu ini datang dari daratan Asia (Indocina), pada Zaman Logam, 1500 SM-500 SM.

’’Itu artinya, tato Mentawai-lah yang paling tua di dunia,’’ kata Ady Rosa, yang telah 10 tahun meneliti tato. Di Mentawai. Tato dikenal dengan istilah titi. Dalam penelitian Ady Rosa, selain Mentawai dan Mesir, tato juga terdapat di Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika, suku-suku di Eskimo, Hawaii dan Kepulauan Marquesas.

Budaya rajah ini, juga ditemukan pada suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, suku Maori di Selandia Baru, suku Dayak di Kalimantan dan suku Sumba di Sumatera Barat. Bagi orang Mentawai, tato merupakan roh kehidupan. Ady, yang pada 1992 menelusuri pusat kebudayaan Mentawai di Pulau Siberut, menemukan sedikitnya empat kedudukan tato di sana.

Salah satu kedudukan tato adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung atau buaya. Sikerei diketahui dari tato bintang sibalu-balu di badannya. Hikayat Arat Sabulungan secara berseloroh Ady menyatakan, ‘’Jadi, sebelum para jenderal punya bintang, dukun Mentawai sudah punya lebih dulu….’’

Menurut penelitian Ady, yang oleh dua guru besar ITB, A.D. Pirous dan Primadi Tabrani, dijuluki ‘’Jenderal Tato’’, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. ‘’Mereka menganggap semua benda memiliki jiwa,’’ kata Ady. Fungsi tato yang lain adalah keindahan. Masyarakat Mentawai juga bebas menato tubuh sesuai dengan kreativitasnya.

Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ‘’Arat Sabulungan’’. Istilah ini berasal dari kata sa (se) atau sekumpulan, serta bulung atau daun. Sekumpulan daun itu dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, diyakini memiliki tenaga gaib kere atau ketse. Inilah yang kemudian dipakai sebagai media pemujaan Tai Kabagat Koat (Dewa Laut), Tai Ka-leleu (roh hutan dan gunung), dan Tai Ka Manua (roh awang-awang).

Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, perkawinan, pengobatan, pindah rumah, dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig, usia 11-12 tahun, orangtua memanggil sikerei dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan.

Setelah itu, dipilihlah sipatiti -seniman tato. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi. Sebelum penatoan akan dilakukan punen enegat, alias upacara inisiasi yang dipimpin sikerei, di puturukat (galeri milik sipatiti).

Tubuh bocah yang akan ditato itu lalu mulai digambar dengan lidi. Sketsa di atas tubuh itu kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu. Tangkai kayu ini dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa.

Janji Gagak Borneo Penatoan awal atau paypay sakoyuan, itu dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usianya menginjak dewasa, tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.

Dalam kesimpulan Ady Rosa, tato Mentawai berhubungan erat dengan budaya dongson di Vietnam. Diduga, dari sinilah orang Mentawai berasal. Dari negeri moyang itu, mereka berlayar ke Samudra Pasifik dan Selandia Baru. Akibatnya, motif serupa ditemui juga pada beberapa suku di Hawaii, Kepulauan Marquesas, suku Rapa Nui di Kepulauan Easter, serta suku Maori di Selandia Baru. Di Indonesia, menurut Ady, tradisi tato Mentawai lebih demokratis dibandingkan dengan tato Dayak di Kalimantan. Dalam budaya Dayak, tato menunjukkan status kekayaan seseorang.

‘’Makin bertato, makin kaya,’’ katanya. Toh, Baruamas Jabang Balumus, 67 tahun, tokoh adat Dayak dari suku Taman, menuturkan, dalam tato masyarakat Dayak ada aspek lain selain simbol strata sosial. ’’Tato adalah wujud penghormatan kepada leluhur,’’ kata tokoh bernama asli Masuka Djanting itu. Contohnya adalah tradisi tato dalam kebudayaan Dayak Iban dan Dayak Kayan. Di kedua suku itu, menato diyakini sebagai simbol dan sarana untuk mengungkapkan penguasa alam. Tato juga dipercaya mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.

Tato sebagai wujud ungkapan kepada Tuhan terkait dengan kosmologi Dayak. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili kosmos atas terlihat pada motif tato burung enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah.

Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak pada 1884, rajin mencatat legenda-legenda yang dipercaya orang Dayak itu. Dalam buku Natural Man, A Record from Borneo terbitan Oxford University Press, 1990, Charles Hose menceritakan janji burung gagak borneo dan burung kuau argus untuk saling menghiasi bulu mereka.

Setelah Haid Pertama Dalam legenda itu, gagak berhasil mulus melakukan tugasnya. Sayang, kuau adalah burung bodoh. Karena tak mampu, akhirnya kuau argus meminta burung gagak untuk duduk di atas semangkuk tinta, lalu menggosokkannya ke seluruh tubuh kuau, pemakan bangkai itu. Sejak saat itulah, konon, burung gagak dan burung kuau memiliki warna bulu dan ‘’dandanan’’ seperti sekarang.

Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun, Hose menilai, teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau kepala musuh. Tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam sejalan dengan larangan mengayau.

Setelah ada pelarangan itu, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika. Tradisi tato tak hilang pada kaum Hawa. Kini, mereka menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski masyarakat Dayak tidak mengenal kasta, tedak kayaan, alias perempuan tak bertato, dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato.

Ada tiga macam tato yang biasa disandang perempuan Dayak Kayan. Antara lain tedak kassa, yang meliputi seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa. Lainnya adalah tedak usuu di seluruh tangan, dan tedak hapii di seluruh paha. Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama.

Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, kalau pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam. Dulu, agar anak yang ditato tidak bergerak, lesung besar diletakkan di atas tubuhnya.

Kalau si anak sampai menangis, tangisan itu harus dilakukan dalam alunan nada yang juga khusus. Di masyarakat Dayak Iban, tato menggambarkan status sosial. Kepala adat, kepala kampung, dan panglima perang menato diri dengan simbol dunia atas. Simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan seseorang.

Sumber: http://forum.kompas.com/sumatera/40858-mentawai-budaya-tato-tertua.html