· Pelatihan untuk guru bilingual
Menurut didik sebagaimana di kutip dari Gusti astika dalam (http://serpihanangkaangka.blogspot.com/2011_03_01_archive.html, 2011) di sebutkan bahwa bahan pelajaran dalam kelas bilingual (seharusnya) memakai bahasa Inggris. Sangat aneh jika bahan pelajaran memakai bahasa Indonesia. Oleh sebab itu tidak relistis jika penyampaian substansi pelajaran disampaikan (sebagian besar) dalam bahasa Indonesia. Ini merupakan tantangan bagi pengembangan RSBI di Indonesia yang memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi secara berkelanjutan. Hal ini perlu didukung oleh tersedianya bahan ajar yang baik dan ketrampilan pedagogik guru yang memadai.
Tuntutan untuk memakai bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam beberapa mata pelajaran telah mendorong sekolah untuk merancang berbagai program pelatihan bahasa Inggris untuk guru-guru. Mereka dikirim ke lembaga-lembaga pendidikan formal untuk mengikuti kursus bahasa Inggris selama beberapa bulan dengan harapan bahwa setelah menyelesaikan kursus mereka akan siap mengajar dengan bahasa Inggris.
Ada juga sekolah yang mengundang pakar pendidikan bahasa Inggris untuk memberi pelatihan kepada guru-guru di sekolah secara reguler, di tengah-tengah kesibukan mereka mengajar. Yang menjadi pertanyaan ialah apakah para guru yang sudah mendapat pelatihan bahasa Inggris sudah siap dengan tugas yang diamanatkan oleh undang undang tersebut di atas. Jika mereka belum siap, pengetahuan atau ketrampilan apa yang harus dimiliki oleh para guru agar mereka benar-benar siap mengajar dengan bahasa Inggris.
Salah satu SMA di Jawa Tengah memaparkan strateginya untuk pengembangan menuju sekolah unggul, antara lain sejak tahun 2006 para guru diberi training untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris melalui diklat bahasa Inggris Dasar. Sekolah tersebut berkerja sama dengan English Language Center, Universitas Sebelas Maret. Pada tahun 2007, ditindak lanjuti dengan kursus English Funcional. Selain itu dilakukan pula diklat bahasa Inggris berkerja sama dengan lembaga kursus bahasa San Diego Wonogiri. Sedangkan untuk tahun 2008, telah dilaksanakan tes TOEIC untuk mengetahui sampai sejauh mana kualitas/ kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris.
Program pelatihan serupa juga dilaksanakan oleh sekolah-sekolah lain yang sedang melakukan program RSBI. Namun perlu dipahami bahwa hasil tes standar seperti TOEIC atau TOEFL bukan menjadi jaminan bahwa seorang guru akan bisa mengelola kelas bilingual dengan benar. Singkatnya, menjadikan nilai TOEFL sebagai patokan keberhasilan pengajaran hard science bertaraf internasional adalah asumsi yang keliru. TOEFL lebih cenderung mengukur kompetensi seseorang, padahal yang dibutuhkan guru sekolah bilingual adalah performancenya, dan performance ini banyak dipengaruhi faktor-faktor non-linguistic. Ketrampilan membaca bukan jaminan dapat fasih berbicara apalagi dalam bahasa Inggris. Dalam literatur pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing banyak dibahas perbedaan antara ketrampilan membaca dan ketrampilan berbicara yang mempunyai implikasi pedagogis yang berbeda secara mendasar.
· Pengajaran dengan sistem team teching
Seperti di sebutkan dalam penelitian yang di lakukan oleh Gusti astika dan Anton wahyana di sebutkan bahwa dalam Model pengajaran dengan model team teaching dalam kelas billingual memerlukan dua orang guru misal guru bahsa inggris yang bertanggung jawab mengajarkan masalah-masalah kebahasaan ( inggris ) dan guru matematika yang bertanggungjawab mengajarkan substansi pelajaran matematika. Bahan ajar dalam model seperti ini sudah pasti harus dalam bahasa inggris .
Pelaksanaan pembelajaran model ini , konsep-konsep matematika dapat di ajarkan terlebih dahulu oleh guru matematika dalam bahasa indonesia dan beberapa kata dalam bahasa inggris yang di kuasai dengan baik. Sesudah itu guru bahasa inggris mengajarkan masalah-masalah kebahasaan dalam bahasa inggris yang di perlukan untuk memahami bahan ajar matematika dalam bahasa inggris. Dengan model seperti ini kelemahan guru matematika yaitu kurangnya kemampuan bahasa inggris dapat di bantu oleh guru bahasa inggris dan guru bahasa inggris tidak perlu tidak perlu lagi mengajarkan konsep-konsep matematika. Model ini dapat membantu siswa memahami substansi pelajaran dan bahasa inggris secara bersamaan.
Namun demikian perlu di perhatikan bahwa kerjasama kedua orang guru harus di mulai dari pembahasan tentang KTSP, desain silabus, seleksi atau adaptasi materi dan proses belajar mengajar di kelas. Setiap tahap dari pengembangan model ini harus di sertai dengan evaluasi dengan mempertimbangkan konteks belajar dan tujuan belajar. Guru bahasa inggris dalam team teaching tidak lagi di anggap sebagai asisten guru mata pelajaran tetapi di anggap sebagai sumber pengetahuan, fasilitator, dan guru yangmempunyai status yang sama.
Menurut lee ( 2008 ) rahasia keberhasilan team teaching terletak pada adanya sikap saling terbuka dari guru dan cara menghindari konflik pada team. Mereka harus saling percaya bahwa setiap guru harus bersedia untuk saling mendengarkan dan menerima saran satu sama lain, emmepelajari masalah yang muncul, dan mencari win-win solution. Dalam proses perencanaan guru-guru dalam team harus membangun komitmen yang berkelanjutan dan menyediakan waktu untuk merencanakan kelas billingual.
Sedangkan menurut Suparlan dalam bukunya yang berjudul menjadi guru yang efektif ( 2005:182 ) pada era otonomi pendidikan dewasa ini terasa sekali pentingnya satu pola pembinaan guru secara internasional. pembinaan profesionalisme guru dapat di lakukan melalui kegiatan berikut :
a. Peningkatan kualifikasi melalui jenjang pendidikan formal.
b. Peningkatan kompetensi memalui pendidikan dan pelatihan.
c. Peningkatan kompetensi melalui kegiatan yang di rancang oleh organisasi profesi.
d. Belajar mandiri.
ddDafter pustaka:
m
Didik. 2011. Model Kelas Bilingual di Sekolah Bertaraf Internasional: Sebuah Pemikiran Konseptual (online) Tersedia :
Di akses Tanggal 4 Juni 2011 Jam 20:41
Astika gusti dan Anton wahyana. 2010. Laporan Akhir Model Pembelajaran MIPA Bilingual (online) Tersedia :
http://bp3m.uksw.edu/uploads/researches/Lap_Akhir_HB_Model_Pembelajaran_MIPA_Bilingual.pdf
Di akses Tanggal 4 Juni 2011 Jam 20:31
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat publising
hj
D
0 komentar:
Posting Komentar